Jadi Guru Besar di Usia 41 Tahun, Edi Arsawan Sebut Profesor Tak Mesti Tua

arsawan
Prof. Dr. I Wayan Edi Arsawan, S.E., M.M

POLITEKNIK Negeri Bali, Selasa (3/10/2023) mengukuhkan 9 guru besar dari berbagai bidang ilmu. Salah satu di antaranya yakni Prof. Dr. I Wayan Edi Arsawan, S.E., M.M. Dia merupakan guru besar termuda yang dimiliki Politeknik Negeri Bali saat ini, bahkan menjadi profesor termuda di seluruh Poltek di Indonesia. Ayah dua anak ini menerima SK guru besar di usia 40,5 tahun dan dikukuhkan sebagai guru besar Bidang Manajemen Sumber Daya Manusia di usia 41 tahun. Pencapaian pria asal Desa Senganan, Penebel, Tabanan ini seakan mengubah paradigma kalau gelar profesor hanya bisa diraih saat matang dari sisi akademik dan usia.

Ditemui seusai pengukuhan, Edi Arsawan didampingi sang istri, Dr. Ni Putu Santi Suryantini, mengucap syukur bisa menapak jenjang tertinggi sebagai akademisi. Terlebih gelar ini diraihnya di saat usia masih muda. “Ini merupakan anugerah yang harus disyukuri karena ini adalah rangkaian dari kerja keras dan konsistensi terhadap pemenuhan syarat-syarat khusus menjadi profesor,” ucap putra pasangan I Ketut Wijaya dan Ni Wayan Suarni ini.

Diakuinya, selama ini gelar profesor biasanya baru bisa diraih ketika usia sudah matang. Namun dia berjuang keras untuk mengejar agar bisa menjadi guru besar di usia muda. “Saya juga ingin mengubah pandangan bahwa gelar profesor tidak mesti harus menunggu tua. Memang target saya menjadi profesor di usia sekarang ini. Saya menyebut guru besar ini adalah sebuah perjalanan, harus dilakukan step by step dan konsisten. Apa yang saya raih ini melalui proses dan syarat yang berat. Harus meningkatkan kualitas penelitian, membuat publikasi yang bagus dalam bentuk jurnal-jurnal internasional. Bahkan, dalam setahun saya mempublikasikan 8 jurnal,” imbuh Edi Arsawan.

Untuk mengembangkan kompetensinya, Edi Arsawan juga mengaku banyak menimba pengalaman dari mengajar di puluhan perguruan tinggi, baik di dalam maupun luar negeri. Baginya, pencapaian tertingginya saat ini merupakan bentuk pengabdian tulus kepada dunia pendidikan, khususnya Politeknik Negeri Bali.

Keberhasilan Edi Arsawan menjadi guru besar tak lepas dari dukungan keluarga terutama sang istri, Santi Suryantini. Dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Udayana ini mengakui perjuangan suaminya sungguh tak mudah. Tak hanya mengorbankan materi, waktu pun banyak yang dikorbankan. “Saat orang lain bekerja 8 jam, suami saya bisa bekerja 15 jam sehari. Semua proses dilewati dan akhirnya sampai di tahap ini. Kami hanya bisa berucap syukur kepada Tuhan dan berterima kasih kepada keluarga besar yang selama ini menjadi support system kami,” ucapnya semringah. (sur)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini