Nyoman Kenak: Spiritualitas  Jangan Sampai Bertentangan dengan Norma

kenak
Nyoman Kenak (kanan) saat podcast DenPost di Kantor PHDI Bali. (DenPost.id/doflank)

MEREBAKNYA anak-anak muda dewasa ini yang menekuni bidang spiritual dan motivasi, mendapat perhatian khusus Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI). Menurut Ketua PHDI Bali Nyoman Kenak, siapa pun yang mengklaim diri sebagai seorang spiritual, silakan  dan sah-sah saja. Namun kita hidup dalam bingkai NKRI, sehingga sistem spiritual ini jangan sampai bertentangan dengan norma agama dan kehidupan.

‘’Sah-sah saja memberi pencerahan kepada umat, namun harus punya visi yang jelas . Harus ada dasar ilmu dan sastranya,’’ tegas Kenak, belum lama ini.

Dia menambahkan bahwa spiritualitas punya acuan, salah satunya  yakni mencapai tujuan akhir hidup: Moksartam jagathita ya ci iti dharma. Tujuan hidup untuk mencapai kesejahteraan di dunia maupun mencapai moksa: kebahagiaan di akhirat kelak, atau jalan untuk mencapai moksa.

Kenak kembali menekankan bahwa spiritualitas ada yang mengatur, sehingga harus mengikuti norma. Pun mengenai perkembangan dunia medsos yang kian pesat, tentu menuntut kita supaya mampu memilah dan memilih apa yang perlu disampaikan. ‘’Pakemnya jangan bertentangan dengan agama dan kebenaran itu sendiri,’’ ungkapnya.

Mengenai anak muda yang menekuni spiritualitas, menurutnya, juga  harus punya kemampuan berpikir mengenai kebenaran. Sebelum menuju ke arah itu, mereka; tokoh-tokoh muda menjalani pawintenan (ekajati), misalnya untuk bergelar jro, harus dibarengi dengan upakara/yadnya. Begitu juga gegelar pandita atau pinandita, upakara-nya harus ada. Namun bukan berarti tingkat kesucian bukan tergantung dari besar-kecilnya upakara. Kesucian melekat atas atas guna dan karma. Perilaku sesuai dengan seorang spiritual.

Kenak juga menyebut ada tokoh tua yang lalai tanpa memberi pemahaman yang benar kepada generasi muda. Kita berusaha memberi yang terbaik, tapi tak mungkin 100 persen bisa dilakoni oleh generasi muda. Dalam hal ini pembinaan di tingkat keluarga memang sangat diperlukan, termasuk oleh semua elemen yang ada.

Di PHDI sendiri, menurut Kenak, ada 13 wakil ketua dengan bidang masing-masing seperti hukum, spiritual, kebudayaan, pendidikan, dan ekonomi. Mesti diakui bahwa bidang-bidang itu belum mencapai hasil maksimal, tapi mereka sudah bekerja. ‘’Hasilnya bukan seperti membalikkan telapak tangan,’’ tandas Kenak. (yad)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini