Perajin Kendang di Blahbatuh Kini Kian Eksis

rajin
KIAN EKSIS - Perajin kendang Budi Merta Sari di Banjar Getas Kawan, Desa Buruan, Blahbatuh, Gianyar, I Nyoman Weka (kanan), ditemani anaknya, I Made Wiguna, yang kian eksis. (DenPost.id/yuliantara)

Blahbatuh, DenPost.id

Kerajinan kendang milik I Nyoman Weka (67) bersama anaknya,  I Made Wiguna (39) dan Made Ancut, di Banjar Getas Kawan, Desa Buruan, Blahbatuh, Gianyar, sangat legendaris. Usaha ini ada sejak lama atau turun-temurun hingga sekarang. Bahkan kini semakin eksis, karena permintaan tak pernah surut. Betapa tidak, selain kendang yang laku laris di seantereo Pulau Bali, juga laku di luar Bali, bahkan sampai luar negeri. Berbagai ukuran dan jenis  kendang disediakan di tempat kerja ini.

Saat ditemui DenPost.id, I Nyoman Weka didampingi putranya I Made Wiguna menjelaskan kerajinan  kendang ini merupakan usaha turun-temurun, yang berkembantg sejak cicitnya dulu hingga sekarang. Dulu proses membuat lubang kendang masih manual menggunakan pahat, namun sekarang menggunakan mesin bubut.

Menurut Wiguna bahan kendang ini dari kayu nangka atau ketewel lokal Bali yang didatangkan dari Karangasem, Bangli, Badung dan kabupaten lainnya. Sedangkan kulit yang dipakai hanya kulit sapi yang didatangkan dari Darmasaba, Badung.

Sekitar enam jenis kendang berpasangan dan kendang tunggal dibuat di rumah I Nyoman Weka. Dia membuat kendang angklung dengan diameter 18 cm sampai 19 cm, kendang pelegongan berdiameter 24 cm sampai 25 cm, bebarongan (kendang tunggal) berukuran 27 cm, baleganjur 30 cm sampai 31 cm, kendang gong kebyar berdiameter 31 cm sampai 32 cm, kendang gong gede berukuran 34 cm sampai 35 cm dan kendang gong beri, yang merupakan paling besar, berukuran 50 cm hingga 60 cm.

I Nyoman Weka mengaku bahwa yang paling laku terjual adalah kendang bebarongan, sebab kendangnya satu (tunggal). Kendang ini disukai berbagai kalangan anak-anak, remaja, dewasa, hingga orangtua. Sedangkan yang paling jarang laku yakni kendang gong beri, sebab hanya daerah tertentu saja menggunakan kendang ini.

Para perajin di Banjar Getas Kawan, Buruan, Blahbatuh, selain membuat kendang, juga membuat kulkul atau kentongan berbahan  kayu nangka dengan berbagai ukuran.

Wiguna menambahkan kerajinan kendang, selain laris laku di seluruh Bali, juga laku terjual di luar Bali, khususnya di daerah  transmigrasi seperti di Lampung, Sulawesi, dan Sumbawa. Sedangkan untuk keluar negeri seperti ke Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa.

Mengenai harga, Wiguna menegaskan hal itu tergantung ukuran dan jenis kendang. Semakin besar kendangnya, maka semakin mahal pula harganya. (yul)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini