Desa Adat Kemenuh Gelar Tradisi “Ngedeblag”

picsart 23 10 26 20 32 22 927
TRADISI NGEDEBLAG - Upacara tradisi "Ngedeblag" dengan berhiaskan menakutkan, saat keliling Desa Adat Kemenuh, Kamis (26/10/2023).

Gianyar, DENPOST.id

Perubahaan cuaca ekstrem hampir terjadi setiap tahunnya yang biasanya menimbulkan wabah penyakit dan bencana alam, seperti kebakaran pada musim kemarau, banjir dan tanah longsor bila musim hujan.

Untuk mohon keselamatan umat manusia dan alam beserta isinya, Desa Adat Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Gianyar, setiap tahun sekali bertepatan dengan tilem sasih kelima menggelar upacara “Ngedeblag”. Upacara diikuti masyarakat adat setempat sejak pagi hingga siang hari di Pura Dalem Desa Adat Kemenuh.

Upacara pecaruan di Pura Dalem Desa Adat Kemenuh, warga masyarakat desa adat dengan berpakaian khas, serta wajah dihiasi “Aeng” (menakutkan/seram) menyerupai buta kala berkeliling desa (napak pertiwi) dengan membawa alat musik tradisional.
Warga, baik muda, dewasa dan tua berpakaian seram kemudian berjalan kaki mengelilingi wilayah desa.

Upakara ini digelar sebagai upaya “nyomia” buta kala, sehingga diharapkan masyarakat dijauhkan dari hal-hal negatif.

Bendesa Adat Kemenuh, Ida Bagus Putu Alit didampingi prajuru adat dan dinas, serta seorang peneliti/penulis buku DR. Putu Sabda Jayendra, S.Pd.H; M.Pd.H., Kamis (26/10/2023), menjelaskan ritual ini merupakan tradisi sejak lama dan berlangsung secara turun temurun. Upacara ini disebut “Ngedeblag” digelar setiap tahun sekali bertepatan dengan kajeng kliwon, wuku menail.

Upacara ini dengan menggunakan sarana banten. Upacara diawali dengan nunas tirta di pura beji dan ngaturang banten di pura prajapati yang dipuput Jro Mangku Pura.
Usai nunas tirta di beji dan atur piuning di pura prajapati, dilanjutkan dengan persembahyangan bersama di Pura Dalem Desa Adat Kemenuh.

Usai menggelar upacara pecaruan di pura dalem, warga desa adat dengan berpakaian khas dengan muka dihiasi warna warni seram menyerupai buta kala. Warga berpakain seram kemudian berjalan kaki mengelilingi wilayah desa sambil membunyikan alat musik yang mereka bawa. Selain juga diiringi suara gamelan.

Masyarakat mengusung pretima, barong dan rangde keliling desa untik napak pertiwi. Usai napak pertiwi keliling desa, warga adat kemudian kembali ke pura dalem.

“Upacara Ngedeblag inj bertujuan untuk mengharmoniskan bhuana agung dan bhuana alit, serta mohon keselamatan umat manusia alam beserta isinya,” harap IB Putu Alit. (116)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini