
Semarapura, DENPOST.id
Petani garam yang tergabung dalam Kelompok Sarining Segara di Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Klungkung, sumringah. Dalam sehari, mereka bisa memproduksi 30 kilogram garam.
Apalagi dengan kondisi cuaca panas yang terjadi dalam 2,5 bulan belakangan ini, menjadi berkah bagi mereka untuk membuat garam di pesisir Desa Kusamba.
Seperti yang dilakukan salah seorang petani garam, I Nengah Diana. Teriknya panas matahari tidak menyurutkan semangatnya saat menjemur garam yang ia produksi di pesisir Pantai Karangdadi, Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Klungkung, Senin (20/11/2023).
Nengah Diana terlihat berjalan menghampiri mesin yang berfungsi untuk menyedot air laut untuk membuat garam secara tradisional. Semenjak dibangun tanggul, petani garam tidak perlu lagi mengangkut air laut secara manual. Bahkan, cuaca panas dalam 2,5 bulan menjadi berkah tersendiri bagi petani garam di pesisir Kusamba.
“Kalau cuaca panas seperti beberapa pekan sebelumnya, sehari bisa buat 30 kilogram garam dengan hasil bagus. Itu, selama 2,5 bulan cuaca sangat mendukung untuk produksi garam,” ungkap Nengah Diana, ketika ditemui di lahan penggaraman.
Dengan hasil garam yang melimpah, dirinya sampai bisa menyimpan garam untuk dipasarkan saat cuaca tidak mendukung. Apalagi dalam beberapa hari belakangan ini, wilayah Klungkung mulai kerap mendung dan hujan ringan, sehingga ia tidak bisa memproduksi atau membuat garam secara maksimal.
“Kalau sudah mulai mendung dan hujan, hasilnya (produksi) pasti menurun. Sehari bisa paling banyak 10 kilogram. Apalagi kalau hujan sama sekali tidak bisa produksi garam,” ujarnya.
Sementara untuk pemasaran, para petani garam di Desa Kusamba juga tidak lagi resah. Apalagi saat ini, garam yang diproduksi petani garam di pesisir Karangdadi, setiap bulannya dibeli koperasi dan diolah menjadi garam beryodium. Rata-rata garam petani dibayar oleh koperasi dengan harga Rp10 ribu perkilogram.
Berbeda seperti tahun-tahun sebelumnya, saat produksi garam melimpah, harganya bisa anjlok.
hasil produksi garam mereka bisa dibayar Rp6 ribu per renteng (sekitar 1,5 kilogram). Hal ini tentunya tidak sesuai dengan hasil jerih payah petani yang berjibaku membuat garam di tengah panasnya terik matahari di pesisir pantai.
“Ada juga pembeli lain, seperti tengkulak atau warga yang datang untuk beli garam ke sini. Harganya ada yang beli Rp12 ribu sampai Rp15 ribu,” ungkap Diana. (119)